Perjalanan Menuju Pecel Lele
Oleh: Riskiah Sri Utami
Aku masuk ke dalam mulut entah siapa, lalu dikunyah sampai halus dan didorong paksa menuruni perosotan yang amat licin, curam, dan panjang hingga pada akhirnya sampailah aku di sebuah sungai yang sangat asam dan menyakitkan, membuatku menjadi tambah hancur dan halus. Oh! aku tau ini dimana, ini lambung manusia. Lambungnya tidak seperti lambung kucing dan burung, disini besar dan ramai, banyak Nasi,Paha Ayam Goreng, Bubur Nggak Diaduk, Sambel Terasi, Lalapan, Es Krim Boba, Dadar Gulung, dan Sate Ayam. Aku langsung bisa menyimpulkan ini lambung makhluk apa.
Aku menepi dari sungai lalu mencari cari sesuatu yang selalu orang Pada Umumnya cari jika tersesat, google maps. Tapi kemudian aku sadar wujudku sekarang sudah tidak karuan, maka dengan mudah kusimpulkan bahwa handphone ku juga sudah hancur dan menyatu dengan tubuhku saat masa penghancuran tadi. Jadi aku mencari cari sesuatu yang selalu orang Pada Umumnya cari kedua setelah google maps jika tersesat, jalan, tapi aku tidak menemukannya juga. Maka aku tanyakan jalan yang aku cari kepada Dasar Gulung yang berada tidak jauh dariku,
"Permisi Pak, numpang tanya, jalan yang selalu orang Pada Umumnya cari jika tersesat lewat mana ya?"
"Dik, saya ingatkan yah, kamu jangan mengikuti jalan sesat orang orang dari Pada Umumnya. Semua orang yang berasal dari sana sekarang tersesat disini, Saya juga dari sana. Saya sudah mencoba banyak cara untuk keluar dari sini semenjak 57 menit yang lalu. Tapi kamu lihat saya sekarang, semakin cair dan bau." Tubuhnya cairnya dan semakin berkerut dengan ekspresi takut sekaligus khawatir.
"Lalu apa yang harus saya lakukan sekarang pak?" "Kamu harus cari Cara Lain"
"Baik pak, dengar dengar beliau memang ahlinya menyelesaikan masalah. Tapi dimana saya harus mencarinya"
Belum sempat Pak Dadar Gulung menjawab, Maut sudah menjemputnya dan membawa dia ke lubang di bawah sana.
Baiklah aku harus segera mencari Cara Lain kemanapun itu, tapi tiba tiba datanglah banjir air asam kiriman dan membuatku spontan teriak meminta tolong,
"Tolong, tolong, aku ga bisa berenang" "Tolong, aku nggak mau jadi taii"
"Aaa Taiii" "Taiii"
Aku teriak keras keras sampai diriku sendiri terbangun dari hibernasi panjangku ini, ini hanya mimpi, syukurlah..
Aku teriak kencang sekali, sampai khawatir tetangga sebelah mengomel karena mengganggu anak bayinya yang sedang tidur. Dengar dengar anak bayi tidak suka orang teriak "taaiii", tunggu, memangnya aku punya tetangga? Entahlah aku tidak peduli dengan tetangga dan bayi yang nggak suka orang teriak "taaiii" jika ada.
Tok tok tok.
Tuh kan. "Iya, tunggu sebentar" . Aku membuka pintu depan rumahku dan mendapati banyak tukang pos berjanggut panjang dan berkepala botak, kepala mereka mirip sekali paha ayam goreng, mereka adalah pak Jaja. Aku heran siapa yang mengirim surat dan pak Jaja kerumahku sebanyak ini.
"Sudah aku bilang berkali-kali, kalian salah orang, kenapa malah tambah banyak?" "Tidak, ini alamatnya benar, anda nona Nana kan?"
"Bukan!" Duar! Aku membanting pintu dan masuk dengan wajah merah marah. Makin memerah wajahku makin panas, memeriksa seperti ada yang salah dengan wajahku, sepertinya semakin gendut. Lalu aku meriksa wajahku dicermin, "astaga kenapa aku gendutan" aku kaget setengah mati, aku tak akan sekaget ini jika yang muncul di cermin adalah orang hidup, rasanya aku kenal dia.
Aku tidak terlalu peduli soal penampilan, tapi jika perubahannya sebesar ini siapa yang tak kaget? Harusnya badanku kurus kering seperti tulang hidup, aku jarang makan kenapa aku gendut? Rambutku harusnya tipis dan kusut tidak terawat, dan kulitku harusnya kusam dan pucat, kukuku panjang seperti kucing liar.
"Ah aku ingat! Bukankah ini mak bedah?? Ah iya dia emak emak penjaga warung depan rumahku, kadang-kadang aku melihatnya dari jendela waktu aku masih kecil. Tapi, dia kan sudah meninggal."
"Atau mataku salah? Aku kan jarang makan wortel. Ah aku harus tanya seseorang, siapa? Cara Lain? Dimana aku bisa menemukannya? Ah orang orang diluar!"
Cklek. Ternyata mereka masih berbaris rapih di depan pintu.
"Aku gendutan ya?"
"lya" Para Pak Jaja didepanku menjawab serentak
"Cowok itu gak peka ya, bilang kek engga gitu,bilang kek aku salah liat gitu" "Kamu ga menghargai hidupmu" salah satu pak Jaja berusaha menghiburku "Maksudnya?"
"Jawabannya ada di surat ini, silakan diterima dan baca baik baik" "Baiklah, semuanya silakan taruh dalam karung ini"
Semuanya memasukkannya dengan teratur. aku sibuk membereskannya sedikit. "Terimaka-, kemana semua pak Jaja?" Semuanya menghilang dalam sekejap
"Oh ternyata di sana" mereka semua telah meninggalkan rumahku menggunakan helikopter masing masing. Aku masuk rumah dan mulai membuka surat misterius ini.
Disana tertulis "Selamat Nana Namina anda mendapatkan penghargaan Anugerah orang yang paling menyia-nyiakan hidup sekota moutscyaka". Dahiku mengernyit sekuat tenaganya untuk membuat otak yang ada di dalamnya sedikit bekerja .
Aku membaca surat aneh itu sekali lagi, mencari tahu apakah ini lelucon atau kenyataan. Dia mencoba memahami kata-kata di surat itu: "Anugerah orang yang paling menyia-nyiakan hidup sekota moutscyaka." sangat aneh, mengapa aku mendapatkan penghargaan seperti ini?
Tiba-tiba, teleponku berdering. Aku menjawabnya dan mendengar suara berat dari seorang pria di seberang sana. Pria itu berkata, "Selamat, Nana! Anda telah terpilih sebagai penerima Anugerah Orang yang Paling Menyia-nyiakan hidup di Kota ini."
Aku terdiam karena benar-benar bingung. "Kenapa saya terpilih?" tanyaku.
Pria itu menjawab dengan ramah, "Kami sudah menyelidiki anda sebelumnya, dan anda terbukti sebagai orang yang paling menyia-nyiakan hidup sekota ini. Ini adalah sebuah prestasi. Kami telah menyediakan hadiah untuk anda berupa sertifikat. Harap datang dan temui kami esok hari di balai kota jam 7 pagi."
"Untuk apa sertifikat? Saya tidak mau daftar sekolah, universitas, kerja, beasiswa, ataupun himpunan mahasiswa jurusan."
"Yah saya tau itu, bukan hal aneh jika kamu tidak ingin terlibat apapun dalam kehidupan ini, dan tidak ingin berguna untuk diri sendiri maupun orang lain. Tapi, apakah kamu tau masih ada banyak orang yang membutuhkan hidup? Kenapa kamu menyia-nyiakannya?"
"Kenapa anda bertanya, saya malas memikirkan jawabannya."
"Baiklah tidak usah dipikirkan, datanglah besok tepat waktu, Mak bedah membutuhkan hidupmu."
"Lalu aku akan hidup sebagai apa?"
"Jangan khawatir, kamu akan tetap hidup. Kamu akan jadi pecel lele, setidaknya kamu akan bermanfaat untuk orang lain."
Lalu telepon terputus. Ternyata firasatku tentang tai akan jadi kenyataan.
0 Komentar